Kulit yang masih sensitif membuat rawan terkena gangguan kesehatan kulit. Mulai dari ruam popok, kerak kepala, hingga biang keringat. Jangan remehkan! Gangguan kulit pada bayi harus segera diatasi.
Bayi yang sehat dan lucu pasti menjadi dambaan setiap pasangan. Namun, tentu saja tidak semua bayi beruntung dengan kesehatan yang prima. Apalagi pada anak yang masih bayi, berbagai macam penyakit bisa menyerang dengan mudah.
Bayi sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya. Tak pelak membuat banyak bayi mengalami gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan pada bayi sangat beragam, misalnya gangguan saluran pernapasan, jantung, atau yang ringan seperti influenza yang bisa saja ditularkan dari ibu, kakak atau tamu-tamu yang berkunjung ke rumah.
Tak sedikit pula bayi yang mengalami gangguan pada kulit. Walaupun tergolong ringan dan tidak mematikan, gangguan kulit pada anak yang masih bayi harus diwaspadai. Penyakit kulit pada bayi dan anak mencakup berbagai macam kelainan, mulai dari yang diturunkan (herediter) maupun kongenital, infeksi, peradangan, gangguan perkembangan, atau bisa juga karena gangguan metabolisme tubuh si bayi.
Kelainan kulit pada bayi dapat berbeda dengan penyakit yang sama pada anak yang lebih besar maupun orang dewasa. Diagnosis dan terapi penyakit kulit pada bayi dapat membingungkan karena adanya pola reaksi yang lebih sensitif, kecenderungan lebih mudah timbul lepuh, dan dosis pengobatan yang sering kali berbeda dengan orang dewasa.
"Jika orangtua menemukan gangguan kesehatan kulit pada bayi, segeralah bawa ke rumah sakit. Karena, untuk mendeteksi kelainan kulit pada bayi dibutuhkan pemeriksaan yang teliti," kata Spesialis Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkususumo (RSCM) Dr Dewi Maria.
Menurut dokter penggemar buku teknologi antariksa tersebut, berbagai jenis gangguan kulit pada bayi bisa ditemukan, di antara gangguan kulit berupa ruam popok, kerak kepala, biang keringat, komedo hingga gangguan yang disebut dengan beruntus lemak.
"Ruam popok dalam istilah kedokterannya disebut dengan eksim atau dermatitis. Kelainan kulit ini timbul akibat radang di daerah yang tertutup popok," katanya.
Ruam popok biasanya terjadi di sekitar daerah lipatan paha, pantat, anus, dan perut bagian bawah. Ruam popok sering timbul pada bayi atau anak berusia di bawah tiga tahun yang masih menggunakan popok. Gejalanya, bila ringan, hanya berupa kemerahan pada kulit di daerah yang tertutup popok. Bila makin parah, timbul bintilbintil merah, lecet atau luka, bersisik, kadang basah, dan bengkak.
"Kalau sudah begini, biasanya bayi akan rewel dan selalu menangis," katanya.
Penyebab ruam popok adalah orangtua yang tidak segera mengganti popok setelah bayi buang air kecil atau besar. "Urine dan feses (tinja) yang tidak segera dibersihkan akan membentuk amonia dan meningkatkan keasaman (pH) kulit sehingga akhirnya menyebabkan iritasi," tuturnya.
Berbeda dengan ruam popok yang disebabkan terlambat mengganti popok, kerak kepala atau yang biasa disebut dengan borokan ini disebabkan peradangan kulit kepala. Kelainan kulit yang dikenal dengan craddle capdalam dunia kedokteran ini berbentuk seperti kulit yang bersisik.
"Dari penelitian yang pernah dilakukan, kerak kepala diketahui sebagai peradangan kulit di daerah yang berminyak karena ada gangguan pada kelenjar minyak. Kelainan ini juga bersifat genetik atau diturunkan," sebutnya.
Cara penanggulangannya biasanya bersihkan kulit kepala dengan hati-hati karena kulit kepala bayi masih halus dan tipis. Kerak kepala juga akan menghambat keluarnya keringat. Bila dibiarkan, lapisan sel kulit yang mati akan makin banyak dan akhirnya timbul biang keringat juga bisul di kepala.
Gangguan kulit lainnya yang sering ditemukan pada bayi adalah biang keringat. Biang keringat disebabkan produksi keringat yang berlebihan, disertai sumbatan pada saluran kelenjar keringat. Biasanya anggota badan yang diserang adalah dahi, leher, kepala, dada, punggung, atau tempat-tempat tertutup yang mengalami gesekan dengan pakaian.