PASCA-PERSALINAN NORMAL
Setelah persalinan normal berlangsung, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemantauan yang dilakukan selama 2 jam di ruang pemulihan. Yang dipantau adalah kesadaran ibu, tekanan darah, dan perdarahan yang terjadi pada vagina. Jika tak ada perdarahan, komplikasi, atau pembengkakan jalan lahir, dan sebagainya, ibu dialihkan ke ruang perawatan.
Seperti diketahui, rahim akan membesar selama kehamilan dan akan mengerut setelah si kecil lahir ke dunia.
Namun terkadang ukuran rahim tak berangsur mengecil. Nah, dokter juga akan mewaspadai kemungkinan ari-ari atau ketuban masih tertinggal di dalam.
Terjadinya infeksi juga akan mengganggu pengecilan rahim (involusi) sehingga rahim akan tetap membesar (sub-involusi). Infeksi yang sudah menjalar ke rahim dapat mengakibatkan perdarahan sehingga ibu biasanya akan diberi obat-obatan untuk membuat dinding dalam rahim berkontraksi sehingga darah dapat dikeluarkan.
PASCA-PERSALINAN SESAR
Jika proses persalinan dilakukan dengan sesar, setelah itu biasanya tim medis akan melihat apakah ibu muntah atau tidak. Muntahan ini bisa masuk ke dalam paru-paru dan memicu pneumonia (infeksi atau peradangan pada jaringan paru-paru) jika tidak dipantau.
Pascaoperasi ibu juga akan merasakan nyeri di daerah jahitan ketika melakukan aktivitas. Disarankan ibu menghindari segala aktivitas fisik yang berlebihan selama beberapa hari (lihat boks Perhatikan Tahap Mobilisasi, hlm. v). Tindakan operasi pun bisa meninggalkan “bekas” yang disebut keloid (jaringan parut di atas luka, keras, gatal dan bisa membengkak). Namun lambat laun keloid bisa menipis atau hilang dengan sendirinya.
PERAWATAN PRIBADI SETELAH EPISIOTOMI
Sekadar mengingatkan yang dimaksud dengan tindakan episiotomi adalah pengguntingan jaringan yang terletak di antara lubang kemaluan (vagina) dan lubang pelepasan (anus). Tujuannya untuk memperlebar jalan lahir sehingga memudahkan proses lahirnya bayi. Jika persalinan normal sampai memerlukan tindakan episiotomi, ada beberapa hal yang harus dilakukan agar proses pemulihan berlangsung seperti yang diharapkan.
Inilah cara perawatan setelah episiotomi:
* Untuk menahan rasa sakit akibat proses jahitan, dokter akan memberikan obat penahan rasa sakit.
* Untuk menghindari rasa sakit kala buang air besar, ibu dianjurkan memperbanyak konsumsi serat seperti buah-buahan dan sayuran. Dengan begitu tinja yang dikeluarkan menjadi tidak keras dan ibu tak perlu mengejan. Kalau perlu, dokter akan memberikan obat untuk melembekkan tinja.
* Dengan kondisi robekan yang terlalu luas pada anus, hindarkan banyak bergerak pada minggu pertama karena bisa merusak otot-otot perineum. Banyak-banyaklah duduk dan berbaring. Hindari berjalan karena akan membuat otot perineum bergeser.
* Jika kondisi robekan tidak mencapai anus, ibu disarankan segera melakukan mobilisasi setelah cukup beristirahat (lihat boks Perhatikan Tahapan Mobilisasi hlm. v).
* Setelah buang air kecil dan besar atau pada saat hendak mengganti pembalut darah nifas, bersihkan vagina dan anus dengan air seperti biasa. Jika ibu benar-benar takut untuk menyentuh luka jahitan disarankan untuk duduk berendam dalam larutan antiseptik selama 10 menit. Dengan begitu, kotoran berupa sisa air seni dan feses juga akan hilang.
* Bila memang dianjurkan dokter, luka di bagian perineum dapat diolesi salep antibiotik.
BILA TERJADI INFEKSI
Infeksi bisa terjadi karena ibu kurang telaten melakukan perawatan pascapersalinan. Ibu takut menyentuh luka yang ada di perineum sehingga memilih tidak membersihkannya. Padahal, dalam keadaan luka, perineum rentan didatangi kuman dan bakteri sehingga mudah terinfeksi. Gejala-gejala infeksi yang dapat diamati adalah:
* suhu tubuh melebihi 37,5° C.
* menggigil, pusing, dan mual
* keputihan
* keluar cairan seperti nanah dari vagina
* cairan yang keluar disertai bau yang sangat
* keluarnya cairan disertai dengan rasa nyeri
* terasa nyeri di perut
* perdarahan kembali banyak padahal sebelumnya sudah sedikit. Misalnya, seminggu sesudah melahirkan, pendarahan mulai berkurang tapi tiba-tiba darah kembali banyak keluar.
Bila ada tanda-tanda seperti di atas, segera periksakan diri ke dokter. Infeksi vagina yang ringan biasanya ditindaklanjuti dengan penggunaan antibiotik yang adekuat untuk membunuh kuman-kuman yang ada di situ.
ALASAN MENJAGA KEBERSIHAN VAGINA
Setelah seluruh hasil pemantauan dinyatakan baik, ibu bisa meneruskan perawatan secara pribadi. Selama masa pascapersalinan, entah itu normal atau sesar, akan terjadi perdarahan selama 40 hari atau masa nifas. Di sinilah pentingnya menjaga kebersihan di daerah seputar vagina dengan saksama. Kebersihan vagina selama masa nifas harus dilakukan karena beberapa alasan, seperti:
* Banyak darah dan kotoran yang keluar dari vagina.
* Vagina merupakan daerah yang dekat dengan tempat buang air kecil dan tempat buang air besar yang tiap hari kita lakukan.
* Adanya luka di daerah perineum yang bila terkena kotoran dapat terinfeksi.
* Vagina merupakan organ terbuka sehingga memudahkan kuman yang ada di daerah tersebut menjalar ke rahim.
TRIK AGAR VAGINA BERSIH
* Siram vagina dan anus dengan air setiap kali habis BAK dan BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asal bersih. Basuh hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina, baik kotoran dari air seni, darah nifas, maupun feses, karena bisa menimbulkan infeksi pada luka robekan atau jahitan.
* Cara membilas yang benar adalah dari depan ke belakang. Bukan sebaliknya. Proses membersihkan dari belakang ke depan dapat mengakibatkan bakteri dan kuman yang ada di anus masuk ke vagina sehingga kemungkinan infeksi bisa menjadi lebih besar.
* Keringkan bibir vagina dengan handuk lembut, lalu gantilah pembalut. Yang perlu dicermati, pembalut mesti diganti setiap habis BAK atau BAB atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah dirasa tak nyaman. Bila tidak sering diganti, daerah seputar vagina akan lembap serta penuh kuman yang menyebabkannya rawan terinfeksi. Pilih pembalut yang higienis, antitoksik, dan cukup menampung darah nifas.
PERHATIKAN TAHAP MOBILISASI
Memang benar, persalinan merupakan proses yang melelahkan. Itulah mengapa ibu disarankan tak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik. Namun setelah istirahat 8 jam, mobilisasi sangatlah perlu agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah ibu.
Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya cobalah untuk duduk di tepi tempat tidur. Kemudian, ibu bisa turun dari ranjang dan berdiri. Khusus bagi ibu yang menjalani sesar dianjurkan untuk turun dari tempat tidur setelah beristirahat selama 24 jam. Setelah itu, ibu bisa pergi ke kamar mandi. Dengan begitu, sirkulasi darah di tubuh akan berjalan dengan baik. Gangguan yang tak diinginkan pun bisa dihindari.
Terkait dengan mobilisasi, ibu sebaiknya mencermati faktor-faktor berikut ini:
1. Mobilisasi jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan ibu terjatuh. Khususnya jika kondisi ibu masih lemah atau memiliki penyakit jantung. Meski begitu, mobilisasi yang terlambat dilakukan juga sama buruknya, karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah tersumbat, terganggunya fungsi otot, dan lain-lain.
2. Yakinlah ibu bisa melakukan gerakan-gerakan di atas secara bertahap.
3. Kondisi tubuh akan cepat pulih jika ibu melakukan mobilisasi dengan benar dan tepat. Tidak cuma itu. Sistem sirkulasi di dalam tubuh pun bisa berfungsi normal kembali akibat mobilisasi. Bahkan, penelitian menyebutkan early ambulation (gerakan sesegera mungkin) bisa mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah bisa menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam atau DVT (Deep Vein Thrombosis) dan bisa menyebabkan infeksi.
4. Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena bisa membebani jantung.
Konsultan Ahli : dr. Ali Sungkar, Sp.OG dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta