Ancaman kuman dan virus yang semakin merajalela membuat tubuh balita rentan terkena penyakit. Balita memang mempunyai kekebalan tubuh alami, tapi kekebalan tubuhnya itu terkadang tidak mampu melindunginya dari ancaman kuman yang mematikan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 10 vaksin yang dibutuhkan balita. Tetapi tidak semua vaksin ini wajib diberikan tergantung kondisinya.
Seperti dilansir Health, Rabu (9/3/2011) ke-12 vaksin yang diperlukan balita baik yang wajib maupun tidak adalah sebagai berikut:
1. Hepatitis B
Vaksin ini wajib diberikan ke balita bahkan sebelum ia meninggalkan rumah sakit. Vaksin ini diberikan 12 jam setelah bayi lahir. Vaksin ini diberikan sebanyak 3 kali.
1. Pertama adalah 12 jam setelah lahir
2. Kedua, 1-2 bulan dari vaksin yang pertama harus diberikan lagi
3. Ketiga, 6-18 bulan setelah vaksin yang kedua.
Vaksin ini melindungi bayi dari virus hepatitis B yang sulit disembuhkan yang mana balita bisa terkena dari ibu yang mengidap hepatitis selama proses persalinan.
Virus ini menyebar melalui kontak darah atau cairan tubuh lain. Efek samping setelah divaksin ini adalah demam ringan. Menurut Gabrielle Gold-von Simson, MD, asisten profesor pediatri di NYU Langone Medical Center di New York, demam ringan adalah gejala yang paling umum dialami balita.
2. DPT atau DTP
Vaksin ini wajib diberikan yang merupakan campuran dari tiga vaksin yaitu untuk mencegah penyakit difteri (yang menyerang tenggorokan), pertusis (batuk rejan), dan tetanus (infeksi akibat luka yang menimbulkan kejang-kejang).
Vaksin ini diberikan sebanyak 5 kali dan pertama kali saat bayi berumur lebih dari enam minggu. Lalu saat bayi berumur 4 dan 6 bulan. Ulangan DTP diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun. Untuk penguatannya bisa dilakukan pada anak umur 12 tahun dan kemudian dilakukan lagi setiap 10 tahun.
"Vaksin DPT bisa diberikan bersamaan dengan hepatitis dan polio," kata Dr Emas-von Simson.
3. Polio
Vakin ini di Indonesia wajib diberikan karena ancaman polio yang masih ada. Vaksin ini untuk menangkal kelumpuhan akibat virus polio. Vaksin olio pertama diberikan setelah lahir. Kemudian vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini bisa diulang pada usia 18 bulan dan 5 tahun.
4. BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Vaksin ini wajib diberikan yang gunanya mencegah penyakit TB (Tuberkulosis). Vaksin BCG bisa 80 persen efektif mencegah TBC selama jangka waktu 15 tahun. Imunisasi BCG hanya dilakukan sekali yakni ketika bayi berusia 0-11 bulan. Tapi kebanyakan diberikan saat bayi berusia di bawah 2 bulan.
5. Vaksin Campak, Gondong dan Rubela (MMR)
Vaksin MMR melindungi anak dari tiga virus: campak (yang menyebabkan demam tinggi dan ruam tubuh-lebar), gondong (yang menyebabkan rasa sakit wajah, pembengkakan kelenjar liur, dan kadang-kadang pembengkakan skrotum pada laki-laki), dan rubella atau campak Jerman (yang dapat menyebabkan kecacatan lahir jika infeksi terjadi selama kehamilan).
Vaksin ini pertama diberikan pada anak saat usia 12 hingga 15 bulan dan pada usia antara 4 dan 6 tahun.
6. Cacar air
Cacar air adalah ruam yang sangat menular yang disebabkan oleh virus varicella. Infeksi cacar air dapat sangat berbahaya dan pada orang dewasa yang tidak memiliki kekebalan atau tidak divaksin di masa kecil dapat menyebabkan herpes zoster.
Pemberian kepada anak-anak dilakukan pada usia 12 sampai 15 bulan dan kemudian dilakukan lagi pada usia antara 4 dan 6 tahun.
Efek samping pemberian vaksin ini menyebabkan rasa sakit dan bekas di tempat suntikan, demam atau ruam ringan.
Keenam vaksin tersebut oleh dokter di Indonesia biasanya wajib diberikan. Namun selain 6 vaksin itu ada juga vaksin lain yang kadang diberikan ke balita sesuai kondisi.
7. Vaksin Hib tipe B (Haemophilus influenza)
"Haemophilus influenza tipe b adalah bakteri yang menyebabkan meningitis," kata Dr Emas-von Simson. Meningitis adalah penyakit peradangan selaput otak dan sumsum tulang belakang yang sangat berbahaya untuk anak-anak di bawah usia 5.
Vaksin Hib umumnya diberikan pada anak usia 2, 4, 6, dan 12 sampai 15 bulan. Efek sampingnya antara lain demam, bengkak, dan kemerahan di lokasi suntikan.
8. Vaksin Pneumococcal konjugasi (PCV)
Vaksin ini dikenal sebagai PCV13 (nama merek Prevnar), melindungi terhadap 13 jenis Streptococcus pneumoniae, yang merupakan bakteri yang dapat menyebabkan segala macam penyakit termasuk meningitis, pneumonia, infeksi telinga, infeksi darah, dan bahkan kematian.
Vaksin ini diberikan sebanyak empat kali pada anak usia 2, 4, 6, dan 12 sampai 15 bulan untuk melindungi anak dari kuman yang dikenal sebagai bakteri pneumokokus.
Efek samping yang paling umum dari pemberian vaksin ini adalah mengantuk, bengkak di tempat suntikan, demam ringan, dan mudah emosi.
9. Vaksin Influenza (flu)
Pemberian vaksin ini terutama dilakukan di negara-negara 4 musim yang dilakukan setiap tahun dimulai pada musim gugur.
Centers for Disease Control and Prevention AS atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit merekomendasikan pemberian vaksin ini untuk anak-anak usia 6 bulan atau lebih.
Efek samping yang umum dari vaksin ini adalah rasa sakit, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan. Bisa juga mengalami demam dan nyeri.
"Tapi jika anak Anda memiliki alergi telur maka tidak harus dilakukan vaksinasi influenza," kata Dr Emas-von Simson.
9. Vaksin Rotavirus (RV)
Vaksin Rotavirus (RV) dengan merek seperti RotaTeq, Rotarix diberikan kepada anak-anak usia 2 dan 4 bulan. RotaTeq juga diberikan pada anak usia 6 bulan. Vaksin ini melindungi anak terkena diare parah serta muntah-muntah yang banyak terjadi pada anak-anak di seluruh dunia.
Vaksin ini berbentuk cairan dan diberikan melalui mulut bayi. Efek sampingnya anak gampang emosi, diare ringan atau muntah-muntah.
10. Vaksin Hepatitis A
Di Indonesia, balita jarang diberikan vaksin hepatitis A tapi langsung hepatitis B karena lebih berbahaya hepatitis B.
Anak-anak gampang tertular hepatitis A dari makanan atau minuman. Ini adalah infeksi virus yang mempengaruhi hati, dan dapat menyebabkan sejumlah gejala, termasuk demam, kelelahan, sakit kuning, dan kehilangan nafsu makan.
Pemberian vaksin ini diberikan pada anak-anak usia 12 sampai 23 bulan. Efek sampingnya rasa sakit di tempat suntikan, sakit kepala dan hilangnya nafsu makan sementara.