Jika dari kecil anak sudah dibiasakan mengeluarkan emosinya dengan kata-kata atau verbal, maka diharapkan saat dewasa ia menjadi pribadi yang tidak asal main pukul saat sedang marah.
Psikolog anak dan remaja Alzena Masykouri, MPsi mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah anak agar tidak memukul saat marah.
"Pada anak-anak hal yang penting adalah bisa mengekspresikan yang dirasakannya dengan cara yang bisa diterima oleh lingkungan," ujar Alzena saat dihubungi detikHealth, Senin (28/2/2011).
Alzena menuturkan bagi anak-anak hal ini tidak bisa terjadi secara alamiah, tapi harus dibantu oleh orangtua dan juga orang-orang disekitarnya. Untuk itu diperlukan latihan bagi anak-anak.
"Latihan ini sebaiknya dilakukan saat anak sedang dalam kondisi normal yaitu tidak marah, tidak kesal, tidak sedih atau tidak kecewa. Karena kalau dipraktikkan saat anak sedang marah akan percuma, hanya masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan saja," ungkapnya.
Alzena menuturkan ada hal-hal penting yang bisa diajarkan orangtua pada si kecil mengenai perasaannya yaitu:
1. Anak mampu mengenali emosi yang dirasakannyaJika anak memukul saat marah, maka orangtua bisa bilang 'Itu namanya kamu marah dan tidak sepatutnya untuk memukul. Kamu boleh nangis atau teriak, tapi kamu tidak boleh menyakiti orang lain'.
2. Anak mampu mengidentifikasi perasaan dan alasannya
3. Anak mampu meluapkan emosinya dengan cara yang tepat dan benar
Jika anak sedang sangat emosi misalnya ia bilang 'Aku kesel banget ma, aku mau teriak', sebaiknya orangtua membiarkan anak untuk teriak atau nangis tapi beri penjelasan pada anak jika habis teriak nanti ia tidak boleh kesal lagi.
"Latihan ini tidak bisa instan karena anak-anak kadang suka lupa dan spontan, serta orangtua tidak boleh membalas dengan memukul atau memarahinya," ungkap psikolog lulusan Magister psikologi UI tahun 2002.
Lebih lanjut Alzena menuturkan orangtua bisa memberikan beberapa solusi bagi anak jika ia sedang merasa sangat kesal atau sangat marah agar tidak memukul atau menyakiti orang lain seperti:
1. Menarik napas dalam sebanyak 10 kali baru setelah itu berbicara
2. Menyendiri dulu untuk beberapa waktu sampai ia merasa lega
3. Memeluk orangtuanya, bisa dengan cara memeluk mamanya
"Setiap individu berbeda-beda, tapi biasanya hal yang dicari adalah perasaan lega dan menenangkan," imbuhnya.
Emosi yang dialami anak sebaiknya memang tidak diredam karena anak-anak boleh sedih, senang, marah atau kesal. Tapi orangtua sebaiknya memberikan kesempatan bagi anak untuk meluapkan emosinya dengan cara-cara yang tepat
Selain itu orangtua harus konsisten dalam mengajarkan anak, sabar dan memiliki hati yang seluas samudera, karena terkadang orangtua suka ikut terbawa emosi meskipun itu adalah hal yang lumrah.