Menurut Discovery Health, saat kehamilan, banyak hal terjadi pada tubuh si ibu, dan sebagian besar terjadi akibat perubahan hormon. Saat wanita hamil, level estrogennya meningkat. Estrogen seringkali dihubungkan dengan peningkatan daya penciuman seorang wanita, bahkan yang tidak sedang hamil.
Sebuah studi yang dilangsungkan oleh Philadelphia's Monell Chemical Senses Center di AS mengatakan bahwa wanita di usia subuh memiliki sensitivitas terhadap aroma ketimbang pria. Grup wanita yang level estrogennya lebih rendah dibanding wanita subur, seperti perempuan di bawah usia pubertas dan wanita di atas usia menopause memiliki sensitivitas daya penciuman yang sama dengan pria.
Jadi, saat level estrogen wanita naik-turun, begitu pun sensitivitas daya penciumannya. Ada pula bukti-bukti yang mengatakan ketajaman penciuman wanita naik-turun selama siklus menstrual dan ovulasinya, sama seperti saat kehamilan. Namun, para ilmuwan belum yakin bagaimana atau apakan estrogen mengubah sensitivitas itu di bagian otak yang mengatur penciuman atau perubahan terjadi pada hidung.
Para peneliti juga masih mendebatkan apa efek dari peningkatan sensitivitas penciuman ini terhadap janinnya. Beberapa peneliti percaya bahwa sensitivitas terhadap penciuman dan perasa itulah yang mengakibatkan morning sickness pada wanita hamil, yang berakibat pada penolakan terhadap makanan yang mengandung zat kimiawi dan racun yang bisa berbahaya bagi janinnya. Para peneliti yang mengamini teori ini mengatakan hal itulah yang membuat wanita hamil sangat sensitif terhadap bau-bauan dan rasa rokok, alkohol, sayuran pahit, dan minuman berkafein. Beberapa data menunjukkan, perempuan yang mengalami mual memiliki risiko keguguran yang rendah, menguatkan teori bahwa hidung sensitif menjaga keamanan bayi.
Sebagian peneliti mengatakan sebaliknya. Sebuah studi di tahun 2004 yang meneliti hipotesis bahwa perempuan hamil dengan peningkatan indera penciuman akan menilai racun makanan lebih baik. Dalam eksperimennya, wanita hamil tidak mendemonstrasikan peningkatan sensitivitas penciuman sama sekali. Tak ada bukti yang mengatakan bahwa wanita hamil mengalami peningkatan sensitivitas penciuman ketimbang perempuan yang tidak hamil, dan hanya ada sedikit perbedaan antara pria dan wanita mengenai penciuman secara umum.
Peningkatan sensitivitas penciuman pada ibu hamil memang belum ada data akuratnya, namun, saat ada seorang ibu hamil mengeluhkan kondisi atau bebauan lebih baik tidak usah dikonfrontasikan mengenai data ilmiahnya. Lebih baik usahakan untuk menyingkirkan bau-bauan yang tak ia sukai itu. Hal ini bisa berarti pasangannya harus mulai memasak untuk si ibu hamil, atau minta tolong ibu mertua mengurangi semprotan parfumnya. Ibu hamil sebaiknya buka jendela sebisa mungkin untuk ventilasi, dan mungkin menyimpan aroma lain untuk pengalih, seperti aroma mint, lemon, atau jahe.