Seorang ibu mengeluhkan anaknya yang kini duduk di kelas 1 SD mengaku sudah bosan sekolah. Ia khawatir penyebabnya karena dulu si kecil terlalu cepat disekolahkan. Benarkah terlalu dini sekolah bikin anak cepat bosan?
Oleh pemerintah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sudah diakui sebagai salah satu cara mempersiapkan anak sebelum memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Di tahun 80-an, orang tidak mengenal PAUD tapi langsung Taman Kanak-Kanak (TK).
Lantas apa hakikat PAUD bagi anak? Inti PAUD untuk anak-anak usia balita, ujar pakar pendidikan, Henny Supolo Sitepu, MA, adalah belajar dari bermain.
"Program ini bukan sekolah dalam pengertian umum tapi sungguh-sungguh kelompok bermain," ujarnya, Selasa (1/3/2011).
Di PAUD, anak bisa bermain dengan teman-teman sebayanya namun dengan kegiatan yang lebih diarahkan pada perkembangan kecerdasannya.
Perhatikan Isi Pelajaran
Seorang ibu bernama Dewi curhat tentang pengalaman 'pahitnya' dengan sebuah playgorup, tempat anaknya 'sekolah' dulu. Dewi awalnya tertarik memasukkan buah hatinya ke lembaga tersebut karena playgroup tersebut memiliki kurikulum gabungan antara Indonesia dengan Singapura.
Tetapi belakangan, ia baru tahu kalau ternyata ada sistem ujian di playgroup itu. "Mereka bilang suasananya seperti belajar biasa, tidak seperti ujian. Tapi kenyataannya si anak harus menyelesaikan semua tugas yang diberikan," ujarnya. Dewi menilai, muatan materi seperti itu terlalu berat untuk anak-anak usia tiga tahun.
Menurut Henny, itulah satu hal yang harus diperhatikan orangtua sebelum memulai pendidikan usia dini untuk anaknya. Orangtua, ujarnya, harus menyadari bahwa kegiatan belajar yang tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan si anak dapat memicu kebosanan. Memang, kadang kelompok bermain pun hanya sebatas penyebutan saja, sementara materi yang diberikan tidak mempertimbangkan kemampuan si anak pada usia tersebut.
Anak-anak juga biasanya mudah jenuh jika kegiatan belajar dibuat sangat rutin dan teratur, kata psikolog perkembangan anak dari Cikal Sehat, Alzena Masykouri, M.Psi. Atau, tambahnya, bisa juga jika ada paksaan yang melampaui kapasitasnya.
"Kalau kebosanan ini dikaitkan karena si kecil terlalu cepat disekolahkan rasanya tidak tepat," Henny menambahkan.
Banyak Sisi Positifnya
Terlepas dari itu, tutur Alzena, sebenarnya banyak aspek positif yang bisa diterima anak dengan bersekolah sejak dini. "Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang seringkali menjadi poin positif untuk anak yang ber-'sekolah' sejak usia dini," ujar psikolog yang akrab dipanggil Zena ini.
Pada usia dini atau sejak usia tiga tahun, anak sudah mulai diperkenalkan pada dasar-dasar belajar formal. Kata kuncinya adalah pengenalan melalui pembiasaan. Dan selama metode yang digunakan oleh sekolah tepat, proses pengenalan tersebut akan membawa dampak positif bagi anak.
Pendidikan yang sifatnya terstruktur dan rutin sebaiknya baru dimulai ketika anak masuk SD. Sikap formal dalam belajar, lanjut Zena, biasanya dicapai anak-anak pada usia delapan tahun. Pada masa ini tanggung jawab belajar sudah berkembang.
Agar Tak Bosan Sekolah
Telti Memilih 'Sekolah'
Cari tahu kegiatan belajar di masing-masing playgroup. Untuk usia tiga tahun, kegiatan belajar harus dibuat variatif dengan durasi maksimal dua jam mengingat rentang
perhatian mereka sedang berkembang. Kegiatannya pun, ujar Zena, lebih baik menekankan pada aspek eksploratif dan mengembangkan kemampuan diri.
Coba Homeschooling
"Dengan cara ini, orangtua melaksanakan pendidikan anaknya secara mandiri," tutur Zena. Dengan metode ini, materi belajar bisa diberikan lebih santai, melalui kegiatan sehari-hari si anak di rumah. Menurutnya lagi, metode homeschooling bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk anak-anak yang tampak sudah bosan bersekolah.
Ciptakan Kesempatan Bermain
Orangtua sebaiknya tidak membebani anak dengan berbagai les ketika ia sudah mendapat banyak 'beban' dari sekolahnya. Saat anak merasa masih memiliki banyak kesempatan bermain, pasti ia tidak malas sekolah.