Balita Pemalu, Haruskah Dikhawatirkan ?


Anak-anak identik dengan keceriaan, yang penuh gelak tawa, bermain bersama teman-temannya dan selalu riang. Lalu bagaimana jika anak Anda justru sebaliknya. Bahkan di usia balita, ia menutup diri dari teman-teman sebayanya dan terlihat seperti enggan bermain dengan orang lain, padahal ia dalam keadaan sehat hanya saja ia malu berinteraksi. Apa kata para pakar kesehatan anak mengenai hal ini?

Jerome Kagan, profesor psikologi di Harvard University yang meneliti mengenai anak pemalu selama 30 tahun ini mengatakan agar para orangtua melihat lagi karakteristik anak pemalu ini. Tanyakan pada diri sendiri, "Apakah sifat pemalu anak saya ini sungguh hebat hingga mengkhawatirkan akan mengganggu kebahagiaannya?" Jika kasusnya seperti itu, ia menyarankan untuk mengundang satu teman mainnya yang tak terlalu dominan untuk bermain di rumah Anda bersama si kecil. Saat si kecil sudah mulai terbiasa dengan si teman itu, undang teman yang lain lagi untuk bermain. Ia mengandaikan kondisi anak yang semacam ini seperti ketika seseorang belajar bermain di laut. Pertama celupkan jari-jari kaki dulu, lalu lama-lama makin dalam. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa 9 dari 10 anak pemalu, kondisinya tidak perlu dikhawatirkan.

Sementara Dee Costigan, guru dari Florence, Massachusetts, AS, berpendapat dalam family.co.com, anak pemalu tidak secara otomatis berarti bahwa si anak tidak bahagia. Anak yang senang duduk di luar lingkaran teman-temannya bisa jadi ia memang tipe yang senang memerhatikan teman-temannya dan lebih nyaman menerima lingkungannya dengan menyerap informasi ketimbang terlibat di dalamnya.

Costigan mengatakan, bila ia melihat ada anak didiknya terlihat seperti ia ingin bermain tetapi terlalu malu, ia akan bertanya pada anak itu apakah si anak mau bermain dengan mainan itu. Jika ia menjawab tidak, mungkin ia hanya ingin melihat dari jauh. Jika ia menjawab ya, Costigan akan menggandengnya dan membawa ke tempat mainan itu dan mengajarkannya.

Terkait :