Diare, Pembunuh Terbesar Kedua Balita


Penyakit diare hingga kini masih menjadi penyebab kematian utama pada anak usia di bawah lima tahun (balita).

Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang berjudul "Diarrhoea: why children are still dying and what can be done" menyebutkan, setiap tahun 1,5 juta anak balita meninggal dunia akibat diare, membuatnya menjadi penyebab kematian terbesar kedua pada anak balita.

Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, diare menjadi penyebab kematian 31,4% bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan.

Hasil Riskesdas Tahun 2007 juga menunjukkan, diare menyebabkan kematian 25,2% anak usia satu tahun hingga empat tahun. Kejadian luar biasa penyakit diare pun hingga kini masih dilaporkan terjadi di sejumlah daerah.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, pencegahan dan penanganan penyakit itu sebenarnya bisa dilakukan dengan cara mudah dan murah. [break]

"Intervensi sederhana bisa menurunkan kejadian diare dalam jumlah besar, 90% kejadian diare bisa dicegah dengan mencuci tangan, tidak buang air besar sembarangan, dan mengelola limbah dengan baik," katanya disela peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia di halaman gedung PP Muhammadiyah Jakarta.

Tjandra menambahkan, mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan atau melakukan aktivitas lain terbukti dapat menurunkan kejadian diare hingga 40%.

Oleh karena itu, dia melanjutkan, pemerintah melakukan kampanye praktik mencuci tangan menggunakan sabun secara berlanjut untuk menjadikan perilaku hidup sehat itu sebagai kebiasaan dalam masyarakat.

"Bersama dengan 70 negara lain di dunia, setiap tahun kita memperingati Hari Mencuci Tangan Pakai Sabun dengan melakukan kampanye. Tahun ini fokusnya ke anak sekolah, supaya kebiasaan ini bisa tumbuh sejak dini," katanya.

Rekomendasi

Dalam laporan terbarunya mengenai diare, WHO memberikan tujuh rekomendasi terkait pencegahan dan penanganan penyakit diare, antara lain penggantian cairan untuk mencegah dehidrasi, pemberian tablet zinc serta vaksinasi rotavirus dan campak.

Promosi inisiasi menyusu dini, pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif dan suplementasi vitamin A dan cuci tangan menggunakan sabun juga disarankan dilakukan secara berlanjut untuk mencegah penularan penyakit tersebut.

Selain itu, penyediaan air bersih berkualitas dalam jumlah memadai; penanganan dan penyimpanan air di rumah tangga; dan promosi sanitasi ke masyarakat luas juga sangat penting dalam pencegahan diare.

Sekitar 88% kejadian diare di seluruh dunia berhubungan keterbatasan ketersediaan air bersih dan buruknya sanitasi.

Menurut WHO, pada 2006, sebanyak 2,5 miliar orang belum menggunakan sanitasi yang memadai dan hampir 1 dari empat orang di negara berkembang buang air besar di tempat terbuka.

Terkait :