Sleep apnea yang dikenal sebagai henti napas saat tidur, merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan mendengkur dan rasa kantuk berlebihan. Pada orang dewasa, sleep apnea menjadi penyebab hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hingga strokes. Sleep apnea pada anak mengganggu tumbuh kembangnya.
Pada anak yang sedang tidur mendengkur, saat dengkuran menghilang, anak tampak merasa sesak seolah tercekik. Sebenarnya, saat itu yang terjadi adalah penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan udara tidak bisa masuk dan keluar. Akibat oksigen yang merosot dan kadar karbondioksida yang banyak, anak akan terbangun disertai suara hentakan keras seolah nafas baru terbebas.
Episode bangun ini disebut episode bangun mikro, karena walau gelombang otak terbangun, tetapi anak tidak terjaga. Ini akan terus berulang sepanjang malam hingga mengganggu kualitas tidur. Akibatnya, kualitas tidur anak akan berkurang dan justru anak akan menjadi lebih aktif secara fisik.
Cukup tidur memang penting untuk bayi dan balita. Saat tidur, otak memproses memori dan pengetahuan baru. Tidak hanya itu, otot, kulit, sistem jantung, pembuluh darah, tulang, dan metabolisme tubuh juga mengalami pertumbuhan pesat saat bayi anda terlelap karena saat tidur, tubuh anak memproduksi hormon pertumbuhan lebih banyak dibanding saat dia terjaga. Anak yang kurang tidur akan rewel karena untuk melawan rasa kantuknya anak justru semakin aktif. Efek samping kurang tidur pada anak berpengaruh pada banyak hal.
Fisik
Karena banyak hormon pertumbuhan dikeluarkan optimal pada saat tidur, maka kurang tidur akibat sleep apnea bisa membuat pertumbuhan fisik anak terganggu.
Kognitif
Tidur mimpi berperan dalam perkembangan kognitif dan emosional anak. Ketika anak bermimpi, kemampuan otaknya berkembang. Tidur mimpi biasanya ditandai dengan gerak cepat bola mata atau REM (Rapid Eye Movement). Anak yang menderita sleep apnea, perkembangan otaknya akan terganggu dan potensi yang seharusnya berkembang akan hilang selamanya.
Gerak
Kondisi kurang tidur pada anak dapat mengganggu perkembangan saraf dan otot-ototnya. Pada anak yang menderita gangguan tidur, gerak motorik kasar lebih berkembang dibanding gerak motorik halusnya.
Mental dan Emosional
Anak yang kurang tidur lebih mudah rewel dan anak, serta tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan orangtuanya.