Selama ini ada anggapan bahwa makanan manis atau yang banyak mengandung gula bisa membuat anak menjadi hiperaktif. Tapi ternyata anggapan tersebut salah dan tidak ada hubungan antara gula dengan hiperaktif.
Dokter anak dan ahli gizi mengungkapkan bahwa secara ilmiah belum ada bukti yang menunjukkan bahwa gula bisa membuat anak menjadi hiperaktif.
"Tidak ada studi yang menunjukkan bahwa gula dalam makanan bisa membuat anak-anak menjadi terlalu aktif atau membuatnya memiliki defisit perhatian," ujar Dr Kleinman, profesor pediatrik dari Harvard Medical School di Boston, seperti dikutip dari Health.Ninemsn, Senin (14/3/2011).
Dalam semua studi yang dilakukan selama bertahun-tahun tidak ada hasil yang menunjukkan bahwa gula bisa menyebabkan anak menjadi hiperaktif. Karenanya Dr Kelinman menuturkan bahwa gula bukanlah pelakunya tapi ada kemungkinan lingkungan yang mempengaruhi.
"Jika orangtua membawa anak ke tempat yang sepi seperti tempat ibadah maka anak akan duduk dengan tenang, tapi jika dibawa ke tempat yang ramai seperti taman akan membuatnya menjadi lebih aktif. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan dan tempat mempengaruhi aktivitas anak," ujarnya.
Gula dalam jumlah tertentu bisa memberikan manfaat bagi kesehatan anak salah satunya adalah membantu memberikan ketenangan untuk si kecil, serta memberinya energi untuk melakukan aktivitas.
Mengonsumsi gula memang diketahui dapat meningkatkan energi dalam jangka waktu pendek pada setiap orang, tapi kondisi ini tidaklah sama dengan hiperaktivitas atau menjadi hiperaktif.
Meski demikian bukan berarti anak-anak boleh mengonsumsi gula secara bebas, karena terlalu banyak mengonsumsi gula bisa meningkatkan risiko kerusakan gigi serta obesitas. Selain itu orangtua bisa mulai membiasakan si kecil untuk tidak terlalu banyak mengonsumsi gula dalam makanannya.
Sementara itu dalam penelitian terpisah diketahui bahwa zat pewarna makanan sintetik diketahui bisa menyebabkan anak-anak menjadi hiperaktif terutama pada anak yang memang sudah didiagnosis menderita gangguan hiperaktif.