Masalah Seputar Bayi

Masalah 1: Bingung puting
Indikator:
  • Menolak menyusu dari si Ibu.
  • Jika menyusu, mulut bayi "mencucu" seperti minum dari botol dot.
  • Apabila menyusu, sebentar-sebentar bayi mepelas isapannya.
Solusi: Hindari memberikan bayi minum dari botol, silakan gunakan cangkir atau dengan sendok.

Masalah 2: Enggan menyusu
Indikator: Coba perhatikan apakah ia panas, diare, muntah, hidungnya tersumbat lendir atau tidak, ataukah sariawan?
Solusi: Apabila indikator menunjukkan benar sakit tersebut, maka segera konsultasikan dengan dokter.

Masalah 3: Cegukan
Indikator: Mengeluarkan suara tercekik dari tenggorokannya secara terpatah-patah. Hal ini dapat terjadi, apabila kondisi cuaca dingin dan bayi kedinginan.
Solusi: Hangatkan bayi dan bila perlu diberi susu.

Masalah 4: Demam
Indikator: Suhu tubuh tinggi, rata-rata mencapai 37 derajat Celcius.
Solusi: Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan si bayi, silakan hubungi dokter keluarga.

Masalah 5: Tidur yang gelisah
Indikator: Si bayi sering terbangun dan merengek yang tidak diketahui penyebabnya secara jelas.
Solusi:
  • Silakan evaluasi manajemen laktasi yang sudah dilakukan si Ibu.
  • Perhatikan kenyamanan lingkungan sekitar tempat bayi tidur.
  • Lingkungan sangat menentukan kenyamanan tidur si bayi. Apakah panas, dingin, tenang ataukah berisik.

Masalah 6: Mengorok atau mendengkur
Indikator: Suara bergerumuh seperti mendengkur saat bernafas dan tidur. Kadang juga disertai dengan suara gemeretak di dada si bayi.
Solusi: Hal seperti ini kadang sering dialami oleh bayi yang memiliki bakat alergi terhadap sesuatu. Coba perhatikan lingkungan bayi anda dan juga konsultasikan ke dokter.

Masalah 7: Refleks isap lemah
Indikator: Tekanan mengecap bayi saat menyusu sangat lemah. Bisa jadi hal ini menunjukkan kalau si bayi sedang sakit.
Solusi: Silakan kontrol ke dokter.

Masalah 8: Muntah
Indikator: Kadang memuntahkan kembali ASI yang diminum, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak.
Solusi: Sendawakan si bayi setiap selesai menyusu. Biasanya hal ini dapat terjadi berlangsung usia bayi mencapai 6 bulan.

Masalah 9: Mencret atau diare
Indikator:
  • Si bayi nampak sakit dan kekurangan cairan.
  • Buang air kecil kurang dari 6 kali dalam sehari.
  • Kelopak mata agak cekung.
  • Ubun-ubun tampak cekung.
  • Bibir kering.
Solusi: Terus berikan ASI agar persediaan makanan dan cairan dalam tubuh bayi tetap terjaga dan juga segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan perawatan lebih intensif.

Masalah 10: Kholik
Indikator: Bayi menangis berjam-jam secara berlebihan. Bayi nampak seperti menahan rasa sakit di perut.
Solusi:
  • Coba angkat kedua kaki bersamaan ke arah perut dan ulang beberapa kali.
  • Pijat dengan lembut pada bagian perut dengan minyak bayi yang hangat.
  • Konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan solusi yang lainnya.
read more “Masalah Seputar Bayi”

4 Cara Mengenali Masalah Belajar Anak

Anak menjadi harapan orangtua, dan tanpa disadari orangtua memberikan sejumlah tuntutan kepadanya. Memang Anda berhak merancang kegiatan rutin anak setiap hari, apalagi jika tujuannya menyiapkan bekal skill agar anak unggul dan mampu bersaing di masa mendatang. Namun pastikan bahwa anak juga siap secara mental dan otaknya terlatih mengimbangi berbagai aktivitas sehari-hari. Anda bisa mengenali seberapa siap anak menjalani berbagai tugas setiap harinya dengan mengindentifikasi masalah atau kesulitan anak ala BrainFit.

Program pelatihan otak yang dirancang BrainFit untuk anak bisa menjadi salah satu pilihan cara membekali anak menghadapi berbagai tugas setiap harinya. BrainFit meyakini anak yang memiliki kemampuan otak optimal punya kesempatan lebih luas untuk sukses dalam proses belajarnya.

"Untuk mengetahui apakah anak membutuhkan brain fitness ada sejumlah panduan bagi orangtua. Orangtua bisa mengenali kebutuhan dan kesulitan anak dalam belajar untuk kemudian memilih program brain fitness yang tepat untuk anak. Selain juga anak harus melewati tes dengan standar internasional seperti tes kemampuan visual dan auditori," jelas Louise Chan, direktur BrainFit cabang Darmawangsa kepada Kompas Female.

Sebagai panduan orangtua, BrainFit menyarankan orangtua melakukan checklist beberapa kesulitan belajar anak untuk mengindentifikasi masalah.

Kemampuan visual bisa dikenali dari sejumlah faktor berikut:
* Tulisan tangan yang tidak rapi
* Membaca tanpa intonasi yang baik dan benar
* Kesulitan mengungkapkan kata
* Tidak runut saat membaca, ada halaman yang terlewati
* Tidak menyukai games seperti puzzle dan catur
* Mengalami kesulitan saat belajar matematika dan aktivitas fisik
* Minim minat terhadap buku atau belajar
* Mudah lupa dan kurang konsentrasi

Kemampuan sensorik dan motorik dikenali dari sejumlah faktor:
* Cenderung ceroboh
* Merasa gelisah terus-menerus
* Tidak memiliki keseimbangan tubuh atau koordinasi yang baik
* Kesulitan untuk melempar atau menangkap obyek
* Kesulitan beraktivitas yang mengandalkan kontrol pada jari-jari

Level perhatian, konsentrasi, dan daya ingat dipengaruhi faktor ini:
* Tidak mampu multitasking
* Kurang konsentrasi
* Mudah terganggu konsentrasi atau fokusnya
* Kontrol impulsif yang lemah
* Mudah lupa
* Pikiran kabur

Kemampuan auditori dikenali dari beberapa hal ini:
* Kemampuan mendengar yang lemah
* Bicara terlalu keras atau terlalu lembut
* Membutuhkan waktu lama untuk menangkap konsep baru
* Nilai tes buruk
* Tidak berminat dalam membaca, pemalu, dan punya sedikit teman
* Mudah lupa, kurang konsentrasi

Kemampuan emosi bisa dikenali dari beberapa hal ini:
* Tidak termotivasi
* Rasa percaya diri rendah
* Kesulitan mengatasi stres
* Cenderung berpikiran negatif
* Kemampuan sosial yang lemah
* Minim empati

Jika anak Anda mengalami sejumlah masalah di atas, tandanya ia membutuhkan bantuan untuk melatih kemampuan otak agar bisa berfungsi lebih optimal. Hasil akhirnya nanti anak akan lebih menikmati rutinitasnya dan terbantukan dalam mengatasi tekanan dari tumpukan tugas di sekolahnya. Nilai yang baik menjadi bukti nyata, tapi kebahagiaan anak lebih menjadi tujuan utama.
read more “4 Cara Mengenali Masalah Belajar Anak”

Awas Hamil Lagi Saat Baru Melahirkan

Hamil lagi saat baru melahirkan memang bisa saja terjadi. Meskipun memberikan ASI bisa mencegah kehamilan tapi kenyataan proses ovulasi pada perempuan usai melahirkan bisa terjadi lagi dalam 25-27 hari setelah melahirkan.

Meski risiko kesehatan pada ibu yang hamil lagi setelah melahirkan bisa diminimalisir namun masalah yang serius justru pada psikologi si ibu.

Karena pada saat melahirkan dan hamil sebelumnya saja si ibu mengalami kelelahan mental karena tenaga dan emosinya yang terkuras. Jika kemudian si ibu hamil lagi usai melahirkan dikhawatirkan akan membuatnya tertekan.

Untuk mencegah kehamilan lagi usai melahirkan para ahli menyarankan pasangan untuk menggunakan kontrasepsi setelah 3 minggu melahirkan. Hal ini untuk menghindari kehamilan yang tidak direncanakan.

Berdasarkan review yang diterbitkan dalam Obstetrics & Gynecology, perempuan yang menyusui memang bisa mencegah kehamilan. Tapi bagi perempuan yang tidak menyusui, ia bisa mengalami ovulasi (masa subur) beberapa minggu setelah melahirkan.

"Bagi perempuan yang baru memiliki bayi, maka kontrasepsi mungkin tidak menjadi prioritas dalam daftar keperluannya," ujar Dr Emily Jackson, penulis studi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), seperti dikutip dari Reuters, Senin (21/3/2011).

Dr Jackson menuturkan sangat penting menyediakan perawatan bagi perempuan setelah melahirkan serta membicarakan masalah kontrasepsi. Perempuan harus waspada terhadap kenyataan bahwa dirinya bisa menjadi subur segera setelah melahirkan.

"Untuk itu pastikan bahwa perempuan yang baru melahirkan telah memilih metode kontrasepsi yang tepat sebelum mereka menjadi subur kembali dan tidak siap menerima kehamilan berikutnya," ujar Dr Jackson.

Dalam studi gabungan yang dianalisis oleh Dr Jackson dan rekannya Dr Anna Glasier menemukan bahwa rata-rata perempuan mengalami ovulasi antara 45-94 hari setelah melahirkan, tapi ada juga yang berovulasi sejak 25-27 hari setelah melahirkan.

Namun umumnya dokter tidak menyarankan ibu menyusui mengonsumsi pil kontrasepsi dengan estrogen karena berpotensi menimbulkan risiko seperti memperlambat pertumbuhan bayi. Karenanya perlu konsultasi dengan dokter untuk menentukan pilihan kontrasepsi yang tepat bagi ibu menyusui.

"Menyusui bisa jadi merupakan pekerjaan yang tidak mudah, kadang perempuan memilih untuk beristirahat menyusui atau menghentikannya lebih awal dari yang dipikirkannya. Hal ini menempatkannya pada risiko tinggi mengalami kehamilan tak terduga," ujar Dr Jackson.

Untuk itu Dr Jackson menyarankan penting bagi dokter membicarakan masalah kontrasepsi pada semua perempuan termasuk yang sedang menyusui mengenai pilihan kontrasepsi yang aman digunakan, serta memastikan bahwa semua perempuan telah mempersiapkan diri dengan baik untuk kehamilan berikutnya.
read more “Awas Hamil Lagi Saat Baru Melahirkan”